Berbagi Suara-Nya

Penolong yang Abadi

“Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ”Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”” (Ibrani 13:6)

Seorang anak kecil sedang mengayuh sepeda yang merupakan hadian dari ayahnya. Saat berlatih untuk mengayuh sepeda, sang anak membiarkan ayahnya untuk memegang sepedanya supaya ia tidak terjatuh. Ayah akan ikut berlari dan menjaga supaya si anak terjaga dan seimbang. Namun sesekali sang ayah akan melepas pegangannya untuk melihat apakah keseimbangan anak sudah cukup baik sehingga bisa mengayuh sendiri. Tidak sedikit kejadian, saat di lepas anak akan terjatuh dan terluka. Sang ayah tentunya melihat kejadian itu dan tidak lari meninggalkan sang anak. Ia akan membantu dan terus memberi dorongan supaya tetap berusaha sampai berhasil. Kejadian jatuh dan bangun bisa terjadi beberapa kali, namun sang ayah akan tetap sabar dan membantu. Pada akhirnya, keberhasilan pasti terjadi – sang anak bisa mengayuh sepedanya dengan nyaman sementara sang ayah melihat itu dengan bahagia.

 

Ilustrasi sederhana yang sering dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran seorang ayah yang membantu anaknya untuk berhasil. Sementara sang anak mempercayakan dirinya belajar mengayuh sepeda pada ayahnya. Serta adanya sepeda yang merupakan alat untuk membuat anak tersebut bergerak. Ilustrasi ini bisa dikaitkan dengan kehidupan kita semua sebagai orang Kristen. Ada beberapa kejadian dan pembelajaran yang bisa kita dalami.


Mengayuh Menuju Masa Depan

Mengayuh sepeda merupakan kegiatan yang diibaratkan kehidupan yang sedang kita jalani, masa depan yang sedang kita tuju. Tidak selalu mudah, tetapi banyak tantangan dan kendala yang menghadang di saat menjalani dan kita harus menghadapi kondisi tersebut. Sehingga yang terjadi pada setiap manusia adalah bisa jatuh karena kegagalan dan/atau kesalahan. Namun manusia juga bisa bangun kembali untuk mengayuh atau menggapai masa depan yang belum tercapai.


Dalam kehidupan setiap orang, kejadian tersebut tidak akan luput. Kegagalan karena tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan, tantangan menghadapi kondisi pandemi yang terjadi, kesalahan karena tidak menjalankan pekerjaan, dan lain sebagainya. Semua itu hanya sebagian kecil dari tantangan dan kendala yang bisa kita hadapi. Semakin dewasa kita bukan tidak mungkin hal tersebut akan bertambah sulit dan berat.


Kegagalan dan mengalami kesalahan yang terjadi dalam kehidupan sehingga kita jatuh memang hal yang perlu kita alami. Dengan kondisi dan situasi tersebut kita bisa belajar bahwa dalam kehidupan ada istilah downs dimana kesulitan kita hadapi. Namun kita harus bangun kembali dan berusaha untuk menjalani serta memperbaiki kesalahan dan kegagalan yang kita alami. kita tidak perlu takut, ragu dan khawatir karena ada penolong.


Figur Ayah Sebagai Penolong

Penolong yang hadir untuk membantu dalam ilustrasi adalah seorang ayah. Tanpa putus asa, ia terus mendorong anaknya dengan sesekali melepas supaya bisa melaju sendiri, tetapi tidak melepaskan pandangannya. Sang anak sendiri sangat percaya pada ayahnya karena ia tahu ayahnya selalu ada. Ia tahu di saat ia jatuh, ayahnya akan menopangnya dan menolongnya. Tidak pernah sesaatpun ayahnya meninggalkan. Kepercayaan penuh yang ia berikan pada sang ayah.


Figur ayah disini adalah Tuhan kita Yesus Kristus. Kehadirah Tuhan Yesus di dalam kehidupan kita. Walaupun sosoknya tidak tampak tetapi kita semua tahu bahwa Dia ada dalam kehidupan manusia, dalam upaya kita mengayuh sepeda, menjalani kehidupan. Tuhan selalu mendorong dan melihat kita serta di saat kita jatuh dia akan menopang kita untuk kembali maju dan mengayuh kehidupan. Tidak pernah sesaatpun dia meninggalkan kita. Dia adalah Penolong Yang Abadi. Penting bagi kita untuk percaya akan kehadiran Dia.


Dalam kehidupan kita, kepercayaan penuh pada Tuhan menjadi kunci utama. Kadang kita tidak tahu lagi harus berbuat apa karena tantangan dan kendala yang ada. Kita jatuh dari sepeda, jatuh dalam kegagalan dan kesalahan, tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi semua itu serta merasa tidak ada jawaban yang pasti. Percaya pada dorongan Tuhan untuk menunjukkan arah mana yang akan dituju adalah jawabannya. Meski kadang jawaban tidak sesuai dengan yang diharapkan, kita harus sadar bahwa itu adalah bagian dari bertumbuh d dalam Tuhan karena jawaban Tuhan tidak selalu jawaban kita.


Nubuat Nabi Yesaya menyatakan, “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10).


Sepeda, Alat yang Menuntun

Untuk memungkinkan kita maju ke depan dengan bantuan ayah, kita menggunakan sepeda. Sebuah alat yang dikayuh untuk menuju masa depan. Alat yang disedikan oleh sang ayah bagi anaknya. Alat yang tentunya sudah dipilih dengan sangat baik oleh sang ayah, alat yang sempurna untuk menolong anaknya. Sehingga selain percaya pada ayahnya sepenuh hati, sang anak juga yakin akan alat yang dikayuhnya, alat yang membawanya ke depan.


Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian dalam mengayuh sepeda kita, dalam menuju masa depan. Orang tua adalah salah satu senjata yang disediakan Tuhan bagi kita. Salah satu kewajiban orang tua untuk melanjutkan Firman Tuhan. Di dalam kehidupan sehari-hari orang tua mendukung anak, mendorong, menjaga dan menolong anak supaya seturut kehendak Tuhan. Orang tua perlu memastikan anak tidak takut dan khawatir akan masa depat mereka, selalu bangun di saat mereka gagal atau salah, menatap masa dengan dengan semangat.


Selain itu, setidaknya ada tiga alat yang selalu sedia menuntun dan disediakan Tuhan. Pertama adalah Alkitab yang berisi semua Suara Tuhan yang menuntun setiap umatnya. Doa adalah yang berikutnya. Yesus berkata pada murid-muridnya di Lukas 11:9, “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”” Salah satu alat komunikasi kepada Tuhan yang bisa dilakukan kapan saja, dimana saja sesuai dengan perintahNya.


Serta ibadah sebagai alat yang ketiga. Pada ibadah, pesan dari Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab disampaikan oleh pendeta atau pengajar.  Rasul Paulus pada suratnya kepada Jemaat di Roma menyampaikan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).


Demikianlah ilustrasi sederhana seorang anak mengayuh sepeda dan dibantu oleh ayahnya menjadi gambaran bagi kita untuk tidak takut dan ragu dalam melangkah. Tidak berhenti melangkah di saat jatuh atau gagal dan salah. Kita harus percaya pada Tuhan sebagai Penolong yang Abadi.


BSD, Agustus 2021

1 thought on “Penolong yang Abadi”

  1. Pingback: Yohanes 14:26 - My Blog

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *