
Di saat kita berada di satu daerah yang asing dan menuju satu tempat khusus, kita membutuhkan satu petunjuk yang memungkinkan kita menuju tempat itu. Petunjuk ini berubah dari zaman ke zaman dan alatnya berbeda tergantung pada siapa yang menggunakan atau membutuhkan petunjuk. Bintang menjadi petunjuk bagi Raja-Raja Majus dari Timur yang mengunjungi Tuhan Yesus saat Dia lahir. Bintang juga menjadi petunjuk pelaut atau nelayan saat mereka berada di tengah laut. Sementara orang di kapal-kapal besar atau di dalam hutan menggunakan alat yang disebut Kompas.
Salah satu alat panduan yang sering kita pakai namanya Peta yang menjadi alat pembantu dalam menentukan arah. Kemahiran dan kelihaian dalam membaca peta menjadi sangat penting dan biasanya akan ada satu orang yang membantu si pengendara untuk membaca peta. Dengan kemajuan zaman, peta saat ini dibuat dalam bentuk digital. Petunjuk berubah menjadi satu alat atau aplikasi yang dikenal dengan sebutan Global Positioning System atau disingkat menjadi GPS. Alat ini dilengkapi dengan suara sehingga si pengendara bisa mendengarkan petunjuk yang disampaikan. Pengendara dibantu dalam menentukan tempat yang ditujunya tanpa perlu asisten di sampingnya.
Namun, pada saat alat-alat tersebut digunakan, bukan hal yang tidak mungkin terjadi salah arah atau pemakainya tidak mengikuti petunjuk yang benar. Seharusnya belok kiri, tetapi malah belok kanan. Merasa sudah mengikuti petunjuk, ternyata berakhir di jalan buntu atau jalan yang hanya bisa dilewati oleh motor, sementara kita naik mobil. Bahkan Raja-Raja Majus-pun harus berhenti dan meminta petunjuk dari Raja Herodes mengenai tempat kelahiran Tuhan Yesus.
Dengan tidak putus asa, tentunya kita akan berputar arah. Kita kembali mengikuti petunjuk yang diberikan dan mencari jalan yang benar menuju tempat yang dituju. Kita melakukan itu karena kita sudah punya satu tujuan dan kita harus sampai pada tujuan tersebut. Proses bisa lebih lama tetapi tujuan pada akhirnya akan dicapai. Kembali, seperti Raja-Raja Majus, mereka terus berjalan sampai mereka menemukan bayi Yesus di palungan karena itu adalah tujuan mereka dari awal. Walaupun harus dilakukan berhari-hari, mereka tidak putus asa dan melaju terus.
Kehidupan kita bisa tergambar seperti seorang pengendara menggunakan GPS. Pengendara itu adalah kita sendiri, petunjuk merupakan arahan dari Tuhan dan pada akhirnya GPS sebagai alat yang adalah Tuhan. Kesalahan dalam berbelok, buntu saat mengendara, petunjuk yang terus diberikan dan tentunya GPS sendiri sebagai alat yang memandu merupakan bagian-bagian yang menggambarkan hubungan antara kehidupan kita dengan mengikuti petunjuk dari Tuhan. Mazmur Daud yang tertulis pada pasal 23 “Tuhan, Gembalaku yang Baik” memandu ilustrasi GPS ini.
Belok Kiri atau Kanan?
“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.” (ayat 2-3).
Saat mengikuti petunjuk dari GPS, kadang pengendara memiliki keyakinan sendiri untuk berkendara. GPS mengarahkan belok kanan, sementara arah yang diambil adalah kiri karena merasa percaya diri. Berakhir dengan keyakinan yang mereka miliki tidak benar dan jadi salah arah. Dalam kehidupan, kita sering merasa yakin bahwa pilihan kita sudah benar. Kita tidak mengikuti arahan yang sudah diberikan. Mungkin karena arah yang akan kita ambil lebih mudah atau lebih enak dan tidak perlu melakukan hal yang memusingkan. Tanpa disadari bahwa jalan yang kita ambil adalah salah, bukan jalan yang kekal, bukan jalan yang ditunjuk olehNya.
Kesalahan dalam berbelok sehingga arah menjadi tidak benar, bukan berarti pengendara harus berhenti dan tidak melanjutkan perjalanannya. Tetapi tentu bisa berputar haluan atau berbalik untuk menuju arah yang sebenarnya dan mencapai tujuannya. Begitu juga keadaan saat kita menyadari bahwa jalan yang kita ambil tidak benar. Itu tidak mengartikan kita berhenti atau putus asa tetapi kita harus berbalik arah. Kita ikuti petunjuk yang benar, arah yang diberikanNya. Kita terus mencari jalan terang karena Tuhan selalu memberi arah kepada kita. “Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.”
Jalan yang Buntu
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4)
Di saat jalan yang dituju ternyata buntu menciptakan keputusasaan, kekesalan dan kadang ketakutan. Mungkin area gelap, banyak pohon-pohon menutupi arah, tidak tahu harus kemana lagi dan kebingungan untuk bergerak. Tetapi di sisi lain, kita tidak bisa berhenti karena tujuan kita belum tercapai. Kita harus terus melaju. Kita berputar arah dan mencari jalan yang benar untuk mencapai tujuan kita. GPS akan kembali digunakan untuk membantu kita terus menerus sehingga pada akhirnya sampai pada tempat yang diinginkan.
Tidak jarang dalam kehidupan setelah kita memilih arah, kita sampai pada titik buntu. Saat ketika kita tidak tahu lagi akan berbuat apa, keadaan kita tidak ingin bergerak karena merasa sudah tidak ada lagi jalan yang bisa ditempuh. Saat putus asa dan takut untuk bergerak. “Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: ”Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yesaya 41:13). Tuhan sudah memberikan janjinya akan selalu memegang kita. Sehingga dalam kebuntuan, kita jangan menyerah. Kita terus maju, kita terus cari petunjukNya sampai kita temukan jalan yang benar.
GPS Tidak Berhenti Bekerja
“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.” (Mazmur 23:5).
Yang terpenting dalam mengendara di sini adalah GPS sebagai petunjuk arah. Alat ini yang akan membantu dalam menentukan haluan. Sewaktu salah berbelok ataupun sampai pada jalan buntu dan memutar tujuan, GPS tetap menjadi alat yang dipakai untuk memandu. Kita membiarkan GPS terus menyala untuk mengawal kita. Kita berbalik, berputar haluan, ganti arah belokan dan kita tetap kita menuruti panduannya.
Banyak GPS atau panduan kehidupan kita untuk memenuhi piala kita, hidangan kita atau menghadapi lawan kita. Beberapa diantaranya adalah melalui berdoa atau berkomunikasi dengan Dia, membaca Alkitab, beribadah dan mengikuti persekutuan. Dari situlah kita menemui kunci, arahan, rambu-rambu, sinyal dan hal lainnya yang akan membantu jalan kehidupan kita ke depan. Semua itu akan mengantar pada keberanian ke arah yang benar. Kita tidak lagi takut, ragu dan khawatir dalam menjalani kehidupan.
Tuhan adalah GPS
“Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.” (Mazmur 23:6).
Lalu siapakah GPS kita? Siapa yang akan menuntun, mengantar dan memberi petunjuk jalan? Siapa yang membantu di saat salah jalan, ketika masuk pada area buntu. Jawaban yang sudah kita ketahui bersama. Dialah Tuhan kita Yesus Kristus.
Matius 14:5-7 menuliskan percakapan Yesus dengan salah satu muridnya. “Kata Tomas kepada-Nya: ”Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.””
Berikan hati kita sepenuhnya kepadaNya. Salah belok, jalan buntu adalah hal buruk, kesalahan dan kebingungan yang bisa menuntun pada ketakutan dan putus asa. Kita tidak tahu lagi harus ke arah mana. Jauhkan hal buruk, ikuti Tuhan. Karena Tuhan membuka apapun yang menutupi jalan kita. Yesus Kristus sudah hadir di dunia, membangun jembatan antara Yang Di Atas dan manusia yang terputus. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma menyatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)
BSD, September 2021